Khawatir Darah Tinggi? Ukur Secara Rutin & Ketahui Faktor Risikonya
Di Indonesia, hipertensi dijuluki sebagai silent killer karena pengidapnya tidak memiliki keluhan atau tanpa gejala sehingga cenderung tidak tertangani namun angkanya sangat tinggi.
Di Indonesia, hipertensi dijuluki sebagai silent killer karena pengidapnya tidak memiliki keluhan atau tanpa gejala sehingga cenderung tidak tertangani namun angkanya sangat tinggi. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan 1 dari 3 orang Indonesia mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi dan terdapat sekitar 70 juta penduduk Indonesia yang diperkirakan menderita hipertensi.1
Nah, seberapa normalkah tekanan darah Anda?
Tentunya, untuk mengetahui diagnosis hipertensi, Anda harus melakukan pengukuran tekanan darah minimal dua kali dengan jarak satu minggu. Selanjutnya, cek tabel klasifikasi tekanan darah2 di bawah ini:
Kategori | Tekanan Darah Sistolik (mmHg) |
| Tekanan Darah Diastolik (mmHg) |
Normal | <120 | dan | <80 |
Pra-Hipertensi | 120-139 | atau | 80-89 |
Hipertensi Tingkat 1 | 140-159 | atau | 90-99 |
Hipertensi Tingkat 2 | >160 | atau | >100 |
Hipertensi Sistolik Terisolasi | >140 | dan | <90 |
Tekanan darah ditulis dalam dua angka. Angka pertama adalah tekanan darah sistolik yang melambangkan tekanan pada pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua yaitu tekanan darah diastolik adalah tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara detak jantung. Seseorang didiagnosis hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik adalah ≥90 mmHg.3
Selain mengecek tekanan darah secara rutin, mengetahui dan memahami faktor risikonya juga penting agar kita semakin waspada. Terlebih lagi hipertensi yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan penyakit lainnya yang menyebabkan kematian dan pembiayaan kesehatan yang sangat besar. Oleh karena itu, selain pemeriksaan tekanan darah secara rutin, penting juga untuk mengetahui faktor risikonya.
Usia
Tekanan darah cenderung naik seiring pertambahan usia karena secara alami, pembuluh darah kian menebal dan lebih kaku. Meski demikian, bukan berarti anak-anak dan orang berusia muda bisa lolos dari risiko ini, terlebih lagi jika berat badannya berlebih atau obesitas.
Genetik
Berbagai riset mengenai tekanan darah tinggi diawali dari penelitian genetik sehingga riwayat kesehatan keluarga juga berpengaruh dalam mewariskan tekanan darah tinggi. Riset juga menyebutkan bahwa faktor genetik yang menyebabkan sensitivitas lebih tinggi terhadap garam juga berpengaruh terhadap tekanan darah tinggi.
Gaya Hidup
Makan makanan tidak sehat yang tinggi garam atau sodium dan rendah potasium, terlalu banyak minum kafein atau alkohol, jarang berolahraga, merokok, dan kurang tidur juga memicu tekanan darah tinggi.
Obat-obatan
Obat-obatan seperti antidepresan, dekongestan, pil kontrasepsi, dan obat pereda sakit dan demam seperti ibuprofen dan aspirin bisa mempersulit tubuh dalam mengontrol tekanan darah.
Ras
Tekanan darah tinggi ternyata lebih sering diidap oleh orang dewasa dengan ras Afrika-Amerika dan Latin dibandingkan ras kaukasoid (kulit putih) dan Asia. Jika dibandingkan secara keseluruhan, ras Afika-Amerika ternyata lebih berisiko mengidap hipertensi dan sayangnya, obat-obatan hipertensi tidak terlalu efektif untuk mengobati gangguan ini. Inilah mengapa kasus preeklampsia yang disebabkan tekanan darah tinggi lebih rentan terjadi pada wanita Afrika-Amerika.
Jenis Kelamin
Pria lebih mungkin terkena hipertensi di usia paruh bayanya. Namun pada usia yang lebih tua, wanita lebih riskan mengidap tekanan darah tingi. Patut diketahui juga bahwa wanita yang mengalami tekanan darah tinggi saat hamil berisiko mengalami kekambuhan di kemudian hari.
Penyakit
Penelitian menunjukkan bahwa faktor seperti gaji, pendidikan, tempat tinggal, dan jenis pekerjaan berpengaruh terhadap risiko tekanan darah tinggi. Misalnya bekerja di shift malam hingga dini hari.4
ID-GEN-2024-04-LQUI (04/24)
Referensi
Sehat Negeriku - Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Gagal Ginjal, dan Stroke - terakhir diakses 19 Mei 2024
Kementerian Kesehatan RI - Klasifikasi Hipertensi - terakhir diakses 19 Mei 2024
World Health Organization - Hypertension - terakhir diakses 19 Mei 2024
National Heart Lung and Blood Institue - HIGH BLOOD PRESSURE Causes and Risk Factors - terakhir diakses 19 Mei 2024