top of page

Sanofi Indonesia bersama Subdirektorat Tuberkulosis & Stop TB Partnership Indonesia Mengadakan Lokakarya Media Sosial Untuk Memperluas Pencegahan TBC & Infeksi TBC Laten di Indonesia

Diperbarui: 12 Jul

  • Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Di Indonesia, terdapat 842.000 kasus TBC dan mengakibatkan kematian sebanyak 3 orang per menit.

  • Infeksi TBC Laten adalah kondisi di mana seseorang terinfeksi kuman TB tetapi tidak berkembang menjadi TBC. Kuman menjadi aktif saat sistem imunitas (kekebalan tubuh) menurun.

  • Penyebaran informasi yang optimal mengenai pencegahan dan pengobatan TBC dan Infeksi TBC Laten dapat dilakukan melalui media sosial para pegiat kesehatan masyarakat.



Kalventis general ruang pers


Jakarta, 20 April 2019 – Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang jatuh pada 24 Maret lalu, Sanofi Indonesia dan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menyelenggarakan “Lokakarya Media Sosial Untuk Promosi TBC dan Infeksi TBC Laten”. Lokakarya ini dihadiri oleh 30 pegiat kesehatan masyarakat yang berkecimpung di program TBC dan HIV/AIDS serta bekerja di Puskesmas, lembaga swadaya masyarakat, dan kader kesehatan di komunitas.


TBC adalah penyakit menular paling mematikan di Indonesia yang kasusnya mencapai 842.000 per tahun. Hal ini berarti, setiap hari terdapat 2.000 orang jatuh sakit karena Mycobacterium tuberculosis. Jumlah kematian karena TBC pun tinggi yaitu 300 orang per hari atau 110.000 orang per tahun. Penyebaran TBC pun termasuk permasalahan krusial karena 75% penyandang TBC di tahun 2017 berasal dari kelompok usia produktif.


“Memperluas pesan mengenai pencegahan TBC adalah hal penting bagi Pemerintah. Angka 842.000 diibaratkan sebagai puncak dari gunung es,” ucap Kepala Subdirektorat Tuberkulosis Indonesia, dr. Imran Pambudi dalam sambutannya. “Selain itu, belum banyak masyarakat yang mengetahui kondisi TBC Laten. Pada kondisi ini, bakteri TBC dapat mengendap dalam tubuh seseorang selama bertahun-tahun, sebelum mengakibatkan gejala batuk-batuk lebih dari 2 minggu, berat badan dan nafus makan menurun, lemas dan lemah, nyeri dada, demam, dan berkeringat di malam hari tanpa beraktivitas.”


Dani Priyono, Head of Public Affairs and Market Access, PT Sanofi Indonesia, memaparkan, “Sanofi fokus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyebarkan infomasi dan edukasi. Oleh karena itu, kami bangga dapat berpartisipasi dalam lokakarya ini. Semoga kita bisa mengoptimalkan platform media sosial untuk menyebarkan informasi pencegahan dan pengobatan TBC dan Infeksi TB Laten." Dani juga menuturkan bahwa Sanofi sudah sejak lama terlibat dan menjadi bagian dalam pemberantasan TBC di dunia, termasuk di Indonesia. "Sanofi sebagai penyedia solusi kesehatan berupaya mengeliminasi TBC melalui research and development dan penyediaan obat yang berkualitas dan inovatif."


Pada kesempatan yang sama, Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P (K), Spesialis Paru, menyampaikan, “Target untuk mengeliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030 dapat dicapai jika penanganan TBC dilakukan dari hulu ke hilir. Artinya, selain melakukan pengobatan yang teratur, epidemic TBC harus diimbangi dengan pencegahan yang dilakukan sejak dini,” tegas dr. Erlina yang juga turut menyampaikan edukasi TBC dan Infeksi TBC Laten kepada para peserta lokakarya.


Trishanty Rondonuwu, Media dan Komunikasi, KNCV Challenge TB Project berbagi pengalaman tentang penyampaian isu TBC di media sosial dan pentingnya keseragaman tagar yang mendukung program pemerintah. Di antaranya melalui kampanye #TOSSTBC yaitu Temukan-Obati-Sampai-Sembuh dan mengangkat pengalaman pasien atau keluarga yang terdampak TBC. “Pendekatan personal akan membuat orang-orang memperhatikan isu TBC,” tambahnya sembari mengingatkan bahwa setiap kisah pribadi harus dilengkapi izin dan surat persetujuan (informed consent) dari objek cerita tersebut.


Konten yang menarik membutuhkan pengemasan yang sesuai. Oleh karena itu, lokakarya turut menghadirkan Ikram Putra (Audience Development Manager The Conversation) yang membahas perencanaan strategis konten digital dan tips mengevaluasi konten yang diunggah. Yeyen Yanuarizki dari Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) juga hadir sebagai pembicara dalam diskusi kelompok mengenai fitur media sosial serta prinsip desain visual agar promosi TBC dan Infeksi TBC Laten dapat disajikan dengan menarik.


Para peserta pun berkesempatan belajar menggunakan situs desain CANVA dan aplikasi Picsart untuk mendesain konten digital tentang TBC. Materi komprehensif dalam lokakarya ini mendapatkan respons positif dari para peserta. Salah satunya kader TBC dari LSM Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama, Eny Riyantini, “Lokakarya media sosial ini dapat memperluas promosi tentang infeksi dan penyakit TBC dari pengenalan sampai pengobatan, sehingga Indonesia dapat bebas TBC pada tahun 2030.”


Di akhir lokakarya, Sanofi Indonesia, Subdirektorat Tuberkulosis, dan Stop TB Partnership Indonesia mengharapkan para peserta terus-menerus mengasah pengetahuan serta kemampuan mereka untuk mempromosikan penyakit dan infeksi TBC di komunitasnya.




Tentang Sanofi Indonesia

Sanofi didedikasikan untuk membantu manusia dalam menghadapi permasalahan kesehatan. Kami adalah perusahaan biofarmasi global yang fokus pada kesehatan manusia. Kami mencegah penyakit dengan vaksin serta menyediakan perawatan inovatif untuk mengatasi rasa sakit dan meringankan penderitaan. Kami berdiri bersama orang-orang yang mengidap penyakit langka dan jutaan lainnya yang menderita kondisi kronis jangka panjang.


Bersama lebih dari 100 ribu karyawan di 100 negara, Sanofi mengubah inovasi ilmiah menjadi solusi perawatan kesehatan di seluruh dunia.


Sanofi, Empowering Life



Tentang Stop TB Partnership Indonesia

Stop TB Partnership Indonesia (STPI) merupakan wadah kemitraan lintas sektoral yang berfokus pada upaya penanggulangan TBC. Berdiri sejak tahun 2013, STPI telah berhasil memfasilitasi banyak diskusi, kampanye dan kolaborasi upaya pencegahan dan penanggulangan TBC di Indonesia bersama 75 mitra nasional dan internasional yang mendukung Program Tuberkulosis Nasional. STPI bekerja di bawah arahan strategis Dewan Penasihat yang melibatkan praktisi kesehatan masyarakat, akademisi, dokter, serta profesional dari perwakilan masyarakat sipil, lembaga internasional, sektor swasta dan publik.


Kemitraan Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis





Kontak Anda

Sharon Loreta Olich

Country Communications and CSR Head Sanofi Indonesia

Telepon: +62 811 1320 2060


Thea Yantra Hutanamon

Communications Officer Stop TB Partnership Indonesia

Telepon: +62 812 9808 6223


Commentaires


bottom of page